SURABAYA, – Beberapa pekan yang lalu, media sosial ramai memperbincangkan podcast Deddy Corbuzer yang menggundang pasangan LGBT Ragil dan Fred. Namun, banyak masyarakat yang mengecam Deddy Corbuzer yang mengundang pasangan LGBT tersebut karena ditakutkan berdampak pada anak-anak yang melihat podcast tersebut.
Lantas, bagaimana seseorang bisa menjadi seorang LGBT? Adakah faktor lingkungan yang bisa mempengaruhi seseorang untuk menjadi LGBT?.
Menjawab pertanyaan tersebut, Ahli Genetik UNAIR Zakiyatul Faizah dr M Kes memberikan tanggapanya. Menurutnya, manusia dibedakan secara jenis kelamin menjadi dua, yaitu laki-laki dan perempuan.
Terbentuknya Jenis Kelamin
Laki-laki memiliki kromosom XY, sedangkan perempuan kromosom XX. Untuk dapat terbentuk laki-laki dan perempuan yang sempurna, perlu ada kromosom, gen, dan hormon yang normal. Dalam kondisi tertentu, muncul beberapa kelainan yang mengakibatkan tidak terbentuknya laki-laki dan perempuan yang sempurna.
“Kelainan ini bisa terjadi pada tingkat kromosom, gen, maupun hormonal. Spektrum kelainan ini juga sangat luas. Dari yang tidak berbahaya sampai mengancam jiwa. Bisa jadi seseorang berpenampilan laki-laki, tapi memiliki kromosom wanita atau sebaliknya, ” jelasnya, Rabu (18/5/2022).
Baca juga:
Kolonel Unang Komitmen Putus Rantai Pandemi
|
Kelainan Gen dan LGBT
Kelainan pada gen penentu jenis kelamin, sambung dr Faizah, dapat mempengaruhi bentuk organ kelamin dan ciri seksual sekunder seseorang. Untuk memastikan kelainan tersebut perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium karena tidak bisa hanya dengan klaim sepihak.
“Biasanya pada orang yang mengalami kelainan pada jenis kelaminnya diberi pilihan untuk menjadi laki-laki atau perempuan. Tentunya dengan melalui pemeriksaan dan konsultasi yang holistik. Jenis kelamin itu berbeda dengan gender dan seksualitas, ” ungkapnya.
Jenis Kelamin dan Seksualitas
Jenis kelamin seseorang terbentuk sejak di dalam kandungan. Sementara, gender dan seksualitas dipengaruhi faktor dari luar seperti lingkungan, sosial, psikologis, dan pergaulan.
“Bisa jadi memang ada kelainan pada kromosom, gen, maupun hormonalnya. Sehingga tidak menjadi laki-laki dan perempuan sempurna, tapi harus benar-benar dibuktikan melalui serangkaian pemeriksaan bahwa benar ada kelainan karena jenis kelamin itu berbeda dengan gender dan seksualitas, ” tuturnya.
Menurut dr Faizah, seksualitas sangat dipengaruhi faktor dari luar. Dalam beberapa kasus, terdapat seorang laki-laki atau perempuan normal. Tapi preferensi seksualnya tidak sebagaimana laki-laki dan perempuan normal.
“Karena seksualitas dipengaruhi oleh banyak hal, bisa jadi memang bisa berubah-ubah sesuai pengaruh yang didapatkan. Tapi secara genetik jenis kelamin itu tidak bisa berubah-ubah, ” paparnya. (*)