SURABAYA – Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang berada di Kawasan Asia Tenggara. Pada tahun 2022, Indonesia berhasil menjadi negara berkembang pertama yang memegang presidensi G20. Gelaran G20 pada tahun 2022 dilatarbelakangi oleh ketidakseimbangan distribusi vaksin, kemiskinan dan kondisi Covid-19.
Sebagai negara yang memegang presidensi G20, sudah sepatutnya para generasi muda ikut berpartisipasi pada kegiatan G20. Oleh karena itu, Direktorat Pengembangan Karir, Inkubasi Kewirausahaan, dan Alumni (DPKKA) UNAIR gelar Airlangga Career Club (ACC) dengan tajuk “G20: Tantangan dan Persiapan Presidensi 2022”. Kegiatan tersebut dilaksanakan secara online melalui platform Zoom Meeting pada Rabu (2/3/2022).
Baca juga:
Peminat SNMPTN UB 2022 Sebanyak 40.094
|
Pada awal kegiatan, Prof Dr Elly Munadziroh, selaku Direktur DPKKA UNAIR menjelaskan bahwa kegiatan DPKKA kali ini sedikit berbeda dari biasanya. “Biasanya kita berbicara mengenai karir, tapi alhamdulillah pada siang hari ini dengan kehadiran Pak Imran maka kita dibuka wawasannya untuk berpikir yang lain, ” tuturnya.
Pembicara sekaligus Koordinator Substansional Kekarantinaan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr Imran Pambudi MPHM, menyampaikan bahwa untuk saat ini pembahasan G20 berfokus pada segi kesehatan. Hal tersebut tidak lepas dari adanya pandemi Covid-19 yang merebak sejak dua tahun terakhir.
Imran menjelaskan bahwa Presidensi G20 di Indonesia mengusung tema “Recover Together, Recover Stronger”. “Jadi kita mengajak dunia, untuk secara bersama-sama bangkit bersama, kuat bersama, ” tuturnya.
Pada isu kesehatan, jelas Imran, terdapat tiga prioritas utama yang menjadi fokus Presidensi G20. Isu kesehatan pertama yaitu terkait ketahanan dan pembiayaan apabila terjadi pandemi ataupun Kedaruratan Kesehatan Masyarakat (KKM).
“Kita harus tahu bagaimana cara memobilisasi keuangan, bagaimana cara nabungnya, ” ujarnya.
Bahasan kedua dalam webinar tersebut mengulas terkait dengan harmonisasi protokol kesehatan. Dalam kesempatan itu, Imran menjelaskan bahwa dengan adanya harmonisasi protokol kesehatan di berbagai negara, diharapkan tidak ada lagi perbedaan aturan vaksin agar masyarakat yang melakukan mobilisasi tidak mengalami hambatan sehingga perekonomian juga tetap berjalan.
Ketiga, webinar tersebut juga mengulas tentang perluasan pusat manufaktur dan penelitian untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respon terhadap pandemi. Menurut Imran, selama pandemi Covid-19, hanya negara industri yang mendapatkan keuntungan karena mampu memproduksi vaksin dan alat diagnosis kesehatan.
“Dalam kepemimpinan G20 di Indonesia, negara berkembang diberi kesempatan untuk melakukan research, dan juga memproduksi alat-alat kesehatan serta produk kesehatan dalam mengatasi pandemi. Sehingga kita bukan hanya menjadi pasar, tetapi juga menjadi pemain dalam bidang kesehatan, ” sambungnya.
Pada akhir kegiatan, Imran memberikan semangat dan harapannya kepada mahasiswa. “Semoga apa yang Saya sampaikan dapat membuka wawasan dan peluang untuk adik-adik berkontribusi di Presidensi G20, ” tutupnya.
Penulis: Indah Ayu Afsari
Editor: Nuri Hermawan